Jumat, 28 Desember 2012

Luka Hati Sang Perawan


Ara gelisah. Sudah 2 hari ini ia dan pacarnya, Malik bermasalah. padahal hampir 1,5 tahun sudah mereka bersama. Entah apa yang merasuki pikiran Malik malam itu sehingga hampir saja Ara kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita. Untung saja ia dapat melawan Malik yang sudah kesetanan. Coba kalau tidak, bagaimana..
Ara menghela nafas panjang. Ia masih tak paham mengapa orang yang sangat dicintainya tega berbuat begitu kepadanya. Ia merasa harus segera menyelesaikan masalah ini agar tak berlarut-larut. Diambilnya handphone..
0819316*****
” yaa…” sahut suara diseberang, terdengar malas-malasan
” malik kita harus bicara. Aku sudah membuat keputusan..”
” apa lagi siih..” potong malik.
” aku sudah buat keputusan. Terserah nanti kamu yang memilih. Jika kamu masih mau hubungan kita lanjut, aku nggak mau kejadian malam itu terulang. Namun jika kamu nggak sanggup, aku rela kalo kamu mutusin aku” terang Ara

” kamu itu memang nggak cinta sama aku. Paling itu hanya alasanmu saja, karena pengen melakukannya dengan orang lain!” bantah Malik, kata-katanya serasa menampar wajah Ara
” keterlaluan kamu. Jikapun aku ingin melakukannya itu pasti dengan orang yang kucintai yaitu kamu. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat” bantah Ara
” Akh, aku nggak bisa mikir!” sahut Malik
” Oke. Aku kasih waktu 2 minggu”
klik. Telponpun terputus.
Ternyata tak perlu menunggu lama. Hanya berselang 3 hari kemudian, saat sedang berjalan-jalan di Mall, Ara melihat sosok yang sangat dikenalnya, Malik sedang bergandengan dengan seorang perempuan cantik.
Hati Ara berdetak tak karuan, kakinya terasa lemas namun dia nekad mendekat.
” maliiik…!” serunya.
Malik menengok, kaget melihat Ara menghampirinya. Segera dilepaskan tangannya dari genggaman cewek itu
” siapa ini..?” tanya Ara sambil menunjuk perempuan cantik dan sexy yang menatap Ara dengan sinis
” gue ceweknya Malik” sahut si cewek
hah.. Darah Ara serasa berdesir hebat. Antara ingin menangis namun juga menahan amarah yang sangat.
” sorry Ra. Aku nggak bisa jalan lagi sama kamu” kata Malik makin mematahkan hati Ara.
Ingin saat itu ia menangis meraung-raung, berteriak, atau bahkan meninju kedua wajah di hadapannya. Tapi apa pantas ia mempermalukan dirinya sendiri hanya untuk cowok seperti Malik? Tidak. Dengan terluka, Ara pun melangkah pergi
Peristiwa itu membuat Ara enggan berpacaran. Ia lebih memilih bersahabat dengan semua orang, laki-laki maupun perempuan. Salah satu sahabatnya saat ini adalah Rifky, senior dikampusnya. Orangnya lumayan cakep dan keren. Banyak teman Ara yang iri melihat keakraban mereka. Namun Ara cuek saja. Ia sangat menikmati persahabatan mereka yang berjalan hampir empat tahun lamanya karena Rifky orangnya lucu sehingga tak pernah sekalipun mereka bertengkar.
Rifky kerap datang ke rumah Ara. Kadang untuk meminjam catatan jika ada mata kuliah sama yang mereka ambil, kadang juga mereka hanya saling ngobrol. Sampai suatu hari, disiang yang terik Rifky datang dengan raut wajah yang berbeda. Kaku, dingin.. Ada apa ini, batin Ara.
Setelah mereka duduk berdampingan, Ara bertanya “ada apa Rif.. Kamu lagi sakit?”
” enggak. Aku ingin kamu ikut aku sekarang! ” katanya, masih dengan raut muka aneh.
“kemana?”
” pokoknya kamu ikut aku. Kita harus berdua.. Kita.. Kita.. ML!”
” apaaa?? Kamu mabuk ya ngomong gini?!”
” aku nggak mabuk. Pokoknya kamu ikut aku. Jangan munafik, dulu kamu pernah suka kan sama aku” serang Rifky
” astaga. Kalo pun dulu banget aku pernah suka, bukan begini caranya. Aku nggak mau!”
tangan Rifky mulai mencengkeram lengan Ara
” jangan munafik kamu”
” aku nggak munafik. Nggak semua perempuan jaman sekarang sudah nggak perawan”
” kamu perawan nggak.. Kalo kamu masih perawan, aku nggak akan maksa kamu lagi!”
” aku perawan!”
“sumpah demi tuhan??!”
” ya, sumpah demi tuhan” bibir Ara gemetar. Badannya juga. Jantungnya bahkan hampir copot rasanya. Semua terjadi tanpa disangka, bagaikan petir disiang bolong.
Lalu Rifky pun pulang, ia berlalu seiring dengan berakhirnya pula persahabatan manis mereka selama ini.
Ara sedih sekali. ” ya Tuhan, tak adakah hubungan yang mulia tanpa harus berpikir untuk melakukan hal ‘itu’” tanya Ara disela isak tangisnya.
2 tahun tlah berlalu. Suatu hari tak sengaja ia bertemu kembali dengan Raka, teman kuliahnya dulu. Ara sangat menyukai Raka sejak pandangan pertama. Raka memang sungguh tampan, orangnya juga pintar dan sangat down to earth. Teman-teman memberinya gelar ‘paling cakep seangkatan’.
Singkat cerita, pertemuan itu mendekatkan mereka berdua. Hingga suatu hari Raka menyatakan perasaannya pada Ara.
” Ara, kamu jadi pacarku aja ya..”
hah?? Mimpi apa dia. Bertahun-tahun hanya menjadi pengagum rahasia, kini kenyataan itu hampir didepan mata
tapi Ara takut. Dua peristiwa masa lalunya tlah membuahkan prasangka pada sosok lelaki. Ia takut jika ini hanya akan berakhir yang sama. Hanya untuk ‘itu’.
Ara menolak. Satu kali, dua kali saat Raka mengungkapkan hal yang sama tentang perasaannya itu.
” gimana Ara, ini permintaanku yang ketiga. Jika kamu tetap menolak, aku nggak akan meminta lagi..” sambung Raka membuat hati Ara makin bimbang.
Sungguh ia sangat suka pada Raka. Tapi dia takut..
“kalo kamu mau, bulan depan aku ke semarang..” lanjut Raka lagi.
” hah.. Ngapain?” tanya Ara bingung dan kalut
pikirannya mulai bermain-main. Bagaimana kalau..
” ya pengen ketemu kamu..”
tuh kan.. Aaakh, ngapain coba pake ketemu segala. Gimana kalo ternyata ini pun cuma pengen ‘itu’
Ara menggeleng pelan
” maaf, aku tetap nggak bisa jadi pacar kamu. Tapi sungguh aku juga suka kamu at the first sight. Ada sebuah lagu untukmu, aku selalu ingat kamu jika dengar lagu itu. Judulnya Indahnya Cinta by Rio Febrian”
“oke, nggak apa-apa. Makasih ya lagunya” jawab Raka tenang. Entah hatinya hancur atau biasa saja. Yang pasti , hati Ara sangat terluka. Ia simpan semua dalam-dalam. Entahlah apa keputusannya kali ini benar atau salah. Apakah prasangkanya kali ini benar menyelamatkan dirinya ataukah kelak hanya akan menimbulkan penyesalan belaka yang sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar